Tampilkan postingan dengan label sajak kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sajak kehidupan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 November 2022

Nestapa Seberkas Harapan

 


Bias-bias asa kini telah sirna
Siluet nestapa kian menghimpit jiwa
Tak mampu 'tuk menahan rodra buana
Semakin hari semakin lama
Jiwaku semakin tenggelam dipusara


Harapan mengalir deras
Denyut nadi berdetak bagai bumi memanas
Tubuh ringkik tertatih-tatih bermunajat
Memohon segenap cahaya yang tersayat
Sungguh oleh ratapan doa'-do'a yang dibungkus tulus
Tanpa ragu penuh khidmat, yakin akan hasil yang mulus

Entah do'a-do'a itu terkabul atau sirna
Bentuk manusia sebagai makhluk Tuhan
Meminta segala kemudahan menghadapi jeritan dunia
Hingga awan menjadi butiran hujan
yang menyambut datangnya rahmat
dari Tuhan pencipta semesta

@Pirman_Sans & @Anma_Mz
Trenggalek, 2021

Sabtu, 27 Agustus 2022

Derita Sang Ibu


Dor dar dor dor...dor...dorr
Hujan peluru menembus koridor
Saling bersua, granat kadonya
Kecupan panas berakhir panas


Bias panah, membelah awan
Menyiksa Pertiwi sekali lagi
Sang anak tetaplah anak
Membuat ibu menangis lagi

Kini dada Ibu sesak
Sang anak semakin melonjak
Menggunduli dengan membabi
Meracuni tanpa peduli

Membelah tanpa rasa salah
Sekarang kritis saling sinis
Harapan tinggal harapan
Sesal sekarang esok terulang lagi

Ash
Trenggalek, 21/12/21

Sabtu, 20 Agustus 2022

Tak Gentar

 


Teruslah berlari tapa iri
Dalam derap yang tak pernah berhenti
Meski jejak peluk pendar rembulan
Telah lenyap diantara sunyi bersimpangan

Tak usah ragu untuk bertaruh
Jika atap semesta pun tak pernah terjatuh
Meski tanpa bahu yang selalu siap menjaga
Meski jemu terus bergelar untuk mengejar
Tanpa menawarkan sedetik jeda

Waktu pasti akan menepati
Pada letih sumpah yang terpatri usai diuji
Mengganti senyap kelip gemilang yang hilang
Dengan tandas surya kepagian
yang selalu riang disegala ruang

~MD
Tulungagung, 13/11/21

Sabtu, 07 Mei 2022

Sajak Rindu #5 (Bias candu di esok pagi)


Masihkah kau tandang keraguan
Pada pagi yang tangis langitnya dilukiskan
Disaat desis semi mentari dicecahi
Pekik lupa yang bisingnya sering menyakiti
 
Seharusnya kita dapat berlari
Berburu nurani disenja tadi hari
Berbekal luka ingatan terperosok yang pernah diajarkan
Guna ucap selamat dipagi esok yang selalu dinantikan

Baca Juga : Kumpulan Puisi dan Sajak Keren

Masihkah esok pagi ini angkuh kau agungkan
Dalam sorot rindu yang tengah meriah dari kejauhan
Sebelum mendung terpaksa menutup atas telinga
Padahal ranum mentari memaksa diri untuk mengayuhkan rasa iba

 

~MD
Yogyakarta, 27/10/21